Thursday, December 27, 2012

EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK & PRODUKSI


EFISIENSI PENGGUNAAN PUPUK & PRODUKTIVITAS
HASIL PERTANIAN,

.
Awal tahun 2011 ini, kita dikejutkan dengan lonjakan jumlah penduduk yang begitu dahsyat. Berdasarkan hasil sensus tahun 2010, jumlah penduduk Indonesia mencapai 237,8 juta jiwa. Hasil tersebut jelas menunjukkan gejala ledakan penduduk. selama 10 tahun terakhir, penduduk bertambah 32,5 juta jiwa dan rata-rata pertumbuhan 1,49 persen. Pertambahan ini setara jumlah penduduk Kanada dan lebih banyak dari penduduk Malaysia. Jika pertumbuhan penduduk tetap 1,49 persen, tahun 2045 penduduk Indonesia 450 juta jiwa. Saat itu jumlah penduduk dunia diproyeksikan 9 miliar jiwa. Artinya, satu dari 20 penduduk dunia orang Indonesia.
Salah satu tanggung jawab terbesar bagi pemerintah adalah penyediaan dan harus tercukupinya bahan pangan, walaupun harus ditempuh dengan jalan mengimpor bahan pangan. Inforasi terbaru yang kita peroleh adalah pemerintah akan membebaskan tarif bea masuk untuk komoditas pangan. Ada sekitar 59 komoditi yang akan dibebaskan tarifnya. Hal ini ditujukan untuk mengantisipasi kerawanan pangan dan menstabilkan harga di tingkat masyarakat. Berita yang menggembirakan, juga menyedihkan. Berbagai macam bencana alam, perubahan cuaca yang ekstrim, penyempitan lahan pertanian di sentra-sentra produksi tanaman pangan menjadi alasan strategis bagi pemerintah atas belum tercapainya misi swasembada yang pernah digembor-gemborkan.

EFISIENSI DAN PRODUKTIVITAS
Di satu sisi petani disarankan menggenjot, di sisi lain pemerintah mengkumandangkan efisiensi penggunaan pupuk dalam budidaya pertanian. Dari 8 negara di Asia Tenggara, Indonesia termasuk pengguna pupuk nitrogen terbesar, dan menempati urutan ke-dua pengguna pupuk phospor dan kalium. Sebagian besar pupuk dipakai untuk tanaman padi dan perkebunan. Penggunaan pupuk berbasis nitrogen jenis Urea yang over dosis sudah menjadi pemandangan yang biasa. Hal ini berawal dari program revolusi hijau dengan intensifikasinya. Walaupun pernah dengan prestasi swasembada pangan di tahun 1984.
Atas hasil penelitian yang menunjukkan bahwa kandungan C-organik tanah sawah di Indonesia yang sudah tidak ideal dari proporsi komponen penyusun tanah, yang diakibatkan penggunaan pupuk kimia yang berlebihan dan tidak diimbangi dengan pengembalian bahan organic atau pupuk organic. Mulai tahun 2008 pemerintah memberikan alokasi subsidi kepada petani. Langkah ini merupakan salah satu upaya efisiensi dalam penggunaan pupuk kimia. Karena semakin mahalnya bahan baku pupuk kimia, pembatasan bahan baku oleh negara pengimpor, dan dampak negatif terhadap ekosistem, maka kombinasi penggunaan pupuk kimia dan organik menjadi jurus andal yang dipakai saat ini, dengan harapan bisa mengurangi penggunaan pupuk kimia.
Dalam perjalanannya, alokasi dan penyerapan pupuk organik sampai dengan awal tahun 2011 oleh petani belum jauh dari ideal jika dibandingkan kebutuhan untuk pemulihan tanah. Beberapa faktor penyebab diantaranya adalah minimnya edukasi terhadap petani, dan rendahnya kesadaran dari petani itu sendiri. Petani takut mengurangi dosis penggunaan pupuk kimia karena takut hasil panennya menurun. Lambatnya sosialisasi dan transfer teknologi kepada petani menjadikan pemerintah panik dalam menghadapi situasi yang tidak stabil.

No comments:

Post a Comment